Tentang Keegoisan dan Mengalah dalam Cinta atas Nama Persahabatan
REP | 23 September 2012 | 11:02 Dibaca: 79 Komentar: 0 Nihil
Keegoisan, selama
ini mungkin dianggap sebuah hal yang merugikan. tetapi ternyata ada
pentingnya juga untuk egois, saya sepakat bahwa semua hal didunia ini
masing-masing memiliki fungsi, namun apapun itu semua pasti memiliki
dampak negatif dan positif, negatif dan positif itu tergantung bagaimana
subjek menggunakan dan memanfaatkannya. seperti “egois” yang selama ini
kita kenal sebagai suatu kata yang menggambarkan keinginan dari
seseorang untuk menang sendiri dan terkadang mengorbankan orang lain,
ini sangat populer sebagai suatu kata yang sangat merugikan satu pihak
dan menguntungkan pihak lain.
Perlu
disadari bahwa setiap orang memiliki sifat egois yang pada setiap
subjek memiliki kadar yang berbeda-beda. Pada keadaan dan kadar tertentu
justru akan menjadi hal yang tidak diinginkan bagi orang-orang yang
berada disekitar kita misalnya teman, sahabat, atau siapapun yang
menjalin hubungan dengan kita.Berdasarkan manfaat yang merugikan itu
banyak yang membenci seseorang yang egois, tetapi sesungguhnya egois itu
dibutuhkan pada situasi dan kondisi tertentu.
Mendahulukan
kepentingan umum diatas kepentingan pribadi adalah perbuatan yang baik
dan terpuji karena dengan begitu Egoisme pribadi mampu dijaga dan
dikendalikan demi keuntungan bersama dan orang-orang disekitar kita.
Dalam islam ada yang disebut itsar(mendahulukan orang lain) dalam bermuamalah. Islam
memang menganjurkan berbuat baik kepada orang lain. Namun, Islam juga
menganjurkan berbuat baik pada diri sendiri selain itu juga Islam
mengajarkan manusia berbuat adil kepada orang lain dan berbuat adil pada
diri sendiri. sehingga dari hal tersebut nyata bahwa mendahulukan
pribadi dalam hal ibadah dan segala sesuatu yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT, lebih dianjurkan ketimbang mendahulukan orang lain dan pada konteks bahasa hal ini disebut egoisme.
Teringat
beberapa hari yag lalu seorang teman yang ingin melamar seorang wanita
akhirnya menggagalkan niatnya tersebut karena mengetahui bahwa
sahabatnya juga mencintai wanita yang sama, pada saat itu saya tidak
bisa menjawab dan memberi saran, hanya sekedar menjadi pendengar untuk
sekedar meringankan beban yang ia tanggung. berdasarkan pembahasan
sebelumnya, bahwa memang disarankan untuk mendahulukan orang lain tetapi
dalam hal muamalah, tetapi ketika masalah ibadah maka pribadi harus
didahulukan. Menikah adalah setengah agama, setengahnya lagi adalah
ibadah, sholat, puasa dll. begitu besar posisi menikah sampai-sampai
Allah SWT memposisikan menikah adalah setengah dari agama. sehingga dari
kesimpulan tersebutlah aku ingin mengatakan kepada temanku tersebut
bahwa egoislah dalam hal ibadah termasuk menikahi wanita yang ingin kau
nikahi, tidak ada itsar dalam hal ibadah.